Monday, May 14, 2007

Maulid Nabi dan Shalawat untuk Sahabat Nabi (Pertanyaan untuk Salafiyyun)

Ustadz Abdurrahman dalam blog yang beliau kelola (http://abdurrahman.wordpress.com) menurunkan sebuah artikel tentang memperingati maulid Nabi SAW yang beliau nilai sebagai perbuatan bid'ah karena tidak ada contohnya baik dari Nabi maupun para sahabat beliau. Salah seorang pemgunjung blog tersebut mengkritisi artikel tersebut dengan cara membandingkan peringatan maulid Nabi dengan pembacaan shalawat kepada sahabat Nabi yang sama-sama tidak ada contohnya baik dari Nabi maupun sahabat. Anehnya, kedua perbuatan tersebut dinilai berbeda oleh kaum Salafy yang dalam hal ini diwakili oleh Ustadz Abdurrahman. Bila maulud Nabi dinilai bid'ah, tidak demikian dengan bersholawat kepada sahabat Nabi, justru bersholawat kepada sahabat nabi dinilai sebagai perbuatan yang baik.

Sayang, ustadz Abdurrahman tidak mau memperpanjang diskusi. Beliau segera menutup diskusi tersebut. Saya mencoba mengirim e-mail kepada Ustadz Abdurrahman yang -menurut pengakuannya- saat ini sedang menimba ilmu di Kuwait. E-mail yang berisi permintaan penjelasan tersebut saya alamatkan kepada alamat e-mail beliau di ibnsarijan@gmail.com dan abumuhammad78@gmail.com. Sayang, hingga saat ini beliau tidak menjawab.

Saya tulis ulang permasalahan ini dengan harapan Ustadz Abdurrahman (atau utadz-ustadz lain dari kalangan Salafiyyun) membacanya dan menjawabnya.

-------------------------

Kepada Yth.
Ustadz Abdurrahman

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Saya adalah salah seorang pengunjung http://abdurrahman.wordpress.com. Saya tertarik dengan diskusi perihal boleh tidaknya memperingati maulid Nabi. Sayang, antum menutup diskusi tersebut, padahal saya ingin sedikit berkomentar, atau tepatnya meminta konfirmasi kepada antum perihal jawaban antum atas komentar Sdr. Asep Suryana. Saya tulis ulang.

Asep Suryana Berkata:
April 10th, 2007 at 11:27 adalah
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Saya sedang menimba ilmu tentang Islam. Penjelasan ustadz tentang maulid nabi telah menambah wawasan saya tentang hal tersebut. Ada hal yang ingin saya tanyakan yang -menurut saya- agak mirip dengan maulid nabi, yaitu bacaan shalawat untuk para sahabat. Kita sering mendengar bacaan shalawat seperti ini : “Allahumma shali ‘ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa ashabihi aj’maiin.”
Sejauh yang saya pelajari di sekolah dulu, bacaan shalawat adalah untuk nabi dan keluarganya saja. Apakah bershalawat dengan menyertakan sahabat nabi (wa ashabihi ajma’in) pernah dicontohkan oleh Rasulullah ?
Terima kasih atas penjelasannya.

Antum menjawab:

Wa ‘alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh.
Pembacaan sholawat tidak bisa kita samakan dengan peringatan maulid nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman tentang perintah bersholawat kepada Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (56) سورة الأحزاب.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan untuknya” (QS. Al-Ahzab: 56).
قال البخاري:قال أبو العالية:” صلاة الله تعالى ثناؤه عليه عند الملائكة وصلاة الملائكة الدعاء”.
Berkata Bukhori:”Berkata Abu ‘Aliyah:’Sholawat Allah Ta’ala adalah penghormatan-Nya terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam disisi para malaikat-Nya, sedangkan sholawat para malaikat adalah do’a”.
قال ابن أبي حاتم: حدثنا عمرو الأودي, حدثنا وكيع عن الأعمش عن عمرو بن مرة, قال الأعمش عن عطاء بن أبي رباح:” إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا, قال: صلاة تبارك وتعالى سبوح قدس, سبقت رحمتي غضبي والمقصود من هذه الأية أن الله سبحانه وتعالى أخبر عباده بنمزله عنده ونبيه عنده في الملأ الأعلى بأنه يثنى عليه عند الملائكة المقربين, وأن الملائكة تصلي عليه ثم أمر تعالى أهل العلم السفلي بالصلاة والتسليم عليه, ليجتمع الثناء عليه من أهل العالمين, العلوي والسفلي جميعاً (انظر تفسير ابن الكثير 3/281)
Berkata Ibn Abi Hatim:’Menceritakan kepadaku ‘Amr Al-Audiy, bercerita kepadaku Waki’ dari A’masy dari ‘Amr bin Marah, berkata A’masy dari Atho’ bin Abi Robah (tentang firman-Nya):”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi…”, ia berkata:”Sholawat Allah Ta’ala adalah SUBUHUN QUDUSUN…..makna dari ayat ini adalah: Allah Ta’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya akan kedudukan hamba dan nabi di sisi-Nya kepada para penghuni langit dikarenakan Ia memuji hamban-Nya (nabi,pent) kepada para malaikat yang terdekat. Dan para malaikat bersholawat kepadanya (nabi, pent) kemudian Allah Ta’ala memerintahkan Ahli Ilm untuk bersholawat dan mengucapkan keselamatan kepadanya, agar terkumpul pujian terhadapnya dari seluruh penghuni dunia ini baik yang tertinggi maupun yang terendah” (Lihat Tafsir Ibn Katsir 3/281. Cet: Darul Bashiroh, Mesir).
Jadi sholawat kita kepada nabi dan para sahabatnya adalah sebagai pujian (tsana’) kepada mereka.
Allah Ta’ala berfirman ketika memuji para sahabat radhiallahu anhum:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (218) سورة البقرة.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang hijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqoroh: 218).
قال قتادة: أثنى الله عز و جل على أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم أحسن الثناء في هذه الأية. (أنظر كتاب فضائل الصحابة. لعبد الله عبد القادر).
Berkata Qotadah:”Allah Azza wa Jalla memuji para sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan sebaik-baiknya pujian pada ayat ini”. (Lihat Kitab Fadhoil As-Shohabah. Karya Abdullah Abdul Qodir).Allahu A’lam.
Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga memuji para sahabatnya, hal ini sebagaimana dalam hadits berikut:
Dari ‘Imron bin Hushain radhiallah anhu, ia berkata: Bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“خير أمتي قرني, ثم الذين يلونهم, ثم الذين يلونهم, ثم الذين يلونهم”
“Sebaik-baiknya umat adalah pada masaku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya”. Berkata ‘Imron: Saya tidak tahu apa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan generasi setelahnya sebanyak dua atau tiga kali.1) Allahu Ta’ala A’lam.

Kuwait, 26 Robi’ul Awwal 1428 – 12 April 2007

Catatan Kaki:
1) HR. Ahmad 4/426/440; Bukhori 8/5/6/7 dalam Al-Manaqib; Muslim dalam Al-Fadhoil 16/87/88/89; At-Tirmidzi; An-Nasa’I; Abu Dawud dan selain mereka. Dalam riwayat lain:
“خير هذه الأمة القرن الذي بعث فيهم”
“Sebaik-baiknya generasi pada umat ini adalah generasiku yang mana aku diutus padanya”. (HR. Ahmad 1/378/417). Sedangkan hadits yang berasal dari Ibn Mas’ud radhiallahu ‘anhu berbunyi:
“خير الناس قرني…..”
“Sebaik-baiknya manusia adalah pada generasi…..” (HR. Bukhori; At-Tirmidzi)
Sedangkan dalam lafaz Muslim berbunyi:
“Seseorang bertanya: Siapakah manusia terbaik? Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Manusia terbaik adalah pada generasiku”. (HR. Muslim).


Dari penjelasan antum di atas tidak disebutkan satu dalil pun bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa alihi wasalam pernah menganjurkan untuk bershalawat kepada para sahabatnya. Adapun hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat kita sudah tahu, tapi hadis-hadis itu tidak menjadi dalil bolehnya bershalawat kepada sahabat, karena tata cara (bacaan) shalawat sudah tertentu dan sudah dicontohkan sendiri oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa alihi wasalam.
Dalam hal ini saya berpegang pada kaidah Lau Kaana Khairan Lasabakuuna Ilaihi (kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentulah para sahabat telah mendahului kita mengamalkannya), sedangkan kita mafhum bahwa para sahabat tidak pernah melakukannya, yaitu mereka tidak pernah bershalawat untuk sesama mereka sendiri.

Saya minta penjelasan lebih lanjut mengenai masalah ini. Karena antum saat ini sedang menimba ilmu di Kuwait, kalau antum tidak berkeberatan, mungkin antum dapat pula minta pendapat masyayikh di sana.

Jazaakallahu khoiron katsiro.

1 comment:

Anonymous said...

shalawat dimaksud itukan doa. apa bedanya dengan kita menyebut Radiallahuanhu kepada para sahabat. sedang shalawat yang anda sebutkan itu sudah masyhur di baca para alim ulama. bahkan ditambahkan ila yaumil akhir nah artinya kita juga dapat shalawat. sebats apa yang saya lihat dan saya pikirkan mohon maaf wallahu'alam