Wednesday, March 28, 2007

Belajar dari saudaranya

Pada bulan Januari 1990, Ayatullah Khaery, seorang ulama Iran, berkunjung ke Indonesia dalam rangka silaturahmi dengan ormas-ormas Islam di Indonesia. Dalam satu kunjungannya ke PP Muhammadiyah di Jakarta, beliau memberikan ceramah tentang pentingnya persatuan dan ukhuwah di kalangan umat Islam tanpa membeda-bedakan madzhab yang dianutnya. Berikut cuplikan dari ceramah Beliau.

...........

Masalah persatuan merupakan masalah yang amatpenting bagi umat Islam Indonesia. Karena, hanya dengan persatuan maka pelaksanaan dakwah Islam bisa berjalan dengan lancar, penuh semangat, serta memungkinkan diterimanya sumbangan-sumbangan pemikiran dari luar dengan baik.

Di sini tentunya kita tidak akan berbicara tentang perbedaan madzhab, atau membicarakan kejelekan madzhab lain dengan hujjah yang membenarkan madzhabnya sendiri, tanpa disertai bukti-bukti yang sahih. Kalau i’ikad baik semacam ini tidak ada pada semua pihak, maka semua orang tidak akan puas terhadap bentuk pengadilan ini. Apalagi bila setiap pertanyaan tidak terjawab dengan jelas dan komprehensif. Kalau kita sudah bisa menerima kebenaran yang disampaikan oleh kelompok lain, maka kita akan termasuk orang-orang yang mencari ilmu dari sumber aslinya, seperti yang digambarkan oleh al-Qur’an:

“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacaah kitabku ini.” (QS 69:19)

Pembahasan yang bermanfaat bagi kita adalah pembahasan tentang keutamaan saling berbagi ilmu dan pengalaman serta saling mendidik di anatara berbagai madzhab, bukan pembahasan tentang kelebihan madzhab satu terhadap madzhab lain. Pembahasan tentang kelebihan madzhab satu terhadap madzhab yang lain merupakan benih-benih prasangka buruk, perpecahan, permusuhan dan kegagalan. Allah berfirman:

“Dan taalah kepada Allah dan Rasulnya, dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan kalian gentar dan kehilangan kekuatan. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS 3:103).

Oleh karenanya, sekarang kita memilih membahas kautamaan saling berbagi ilmu dan mendidik antara satu madzhab dengan madzhab yang lain. Siapa yang mau mengambil pelajaran dari saudaranya, dialah yang akan maju. Sebaliknya, siapa yang menutup diri dan tidak mau (mampu) melaksanakan hal tersebut, maka ia akan ketinggalan. Maka yang ketinggalan harus mengambil pelajaran dari yang sudah maju, dan tidak perlu khawatir terhadap kemajuan saudaranya, karena (saudaranya itu) tidak mungkin akan menjadi saingan yang merugikan dirinya. Dalam hal ini Allah berfirman:

“Merekalah orang-orang yang bersegera untuk melakukan kebaikan, dan merekalah yang lebih dulu memperolehnya." (QS 23:61)

...............

ZAM

Friday, March 23, 2007

April Mop dan Muharam Mop

Seorang mengirim sebuah tulisan tentang sejarah April Moop :

Konon katanya April Mop, atau The April's Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487, atau bertepatan dengan 892 H. Sejak dibebaskan Islam pada abad ke- 8M oleh Panglima Thariq bin Ziyad,Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur.

Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan.
Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Got dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur'an, namun bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal.
Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol. Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur'an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai Pasukan Salib . Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan.
Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.

Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan . Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak muslim Granadayang masih bersembunyi di rumah-rumah.
Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granadadan berlayar meninggalkan Spanyol.

Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granadakeluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan Salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka.

Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya. Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara Salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib segara membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April's Fool Day).
Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat Kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.

Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas juga ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam.

Tahukah anda, bahwa perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu, sesungguhnya berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan ???

Tulisan tersebut kemudian diakhiri oleh si Penulis dengan seruan kepada kaum Muslimin:

Wahai saudara-saudariku sesama Muslim, sampai hatikah Anda semua merayakan April Mop sekarang ini, setelah mengetahui apa yang sebenarnya melatarbelakangi perayaan yang diadakan dunia Barat setiap tanggal 1 April itu ???

------------------------

Terlepas dari benar-tidaknya peristiwa April Mop dikaitkan dengan pengusiran dan pembantaian umat islam di Andalusia, kita selaku kaum muslimin seharusnya mengambil sikap yang tegas pada kezaliman dan pelecehan yang dibungkus dengan permainan yang menggembirakan tersebut.

Peristiwa 1 April mengingatkan saya pada peristiwa 10 Muharam yang dikenal dengan hari Asyura. Disebutkan dalam kitab-kitab hadis bahwa pada tanggal tersebut Allah menyelamatkan Nabi Nuh dari banjir, menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api, menyelamatkan Nabi Musa dari kejaran Fir'aun, dan lain-lain. Karenanya Umat Islam selayaknya bergembira di hari itu dan merayakannya dengan berpuasa. Padahal sejarah mencatat bahwa pada hari tersebut telah terjadi pembantaian paling kejam dalam sejarah umat manusia dimana Imam Husain, cucunda Nabi, bersama puluhan sahabat dan keluarganya dibantai secara keji oleh tentara Yazid bin Muawiyah.

Belajar dari sejarah April Mop, alangkah baiknya bila kaum muslimin juga mengambil sikap yang sama terhadap kezaliman dan pelecehan yang dialami oleh cucu Nabi saaw, Imam Husain as, dan keluarga serta sahabat beliau pada tanggal 10 Muharam yang kemudian dibungkus dengan perayaan yang menggembirakan.

Modus keduanya sama, dan sayangnya cukup berhasil mengecoh kebanyakan kaum muslimin berabad lamanya. . (Dengan tulisan tadi, saya terinspirasi untuk menyebut Muharam Mop, Nampaknya kaum Kristen sekedar meniru apa yang dilakukan oleh Bani Umayyah)

Kalau kaum muslimin mau menolak April Mop maka lebih-lebih mereka harus menolak perayaan kegembiraan setiap tanggal 10 Muharam. Apa yang terjadi pada tanggal 1 April dan 10 Muharam itu keduanya adalah peristiwa yang menyedihkan. Kalau terhadap penderitaan sesama muslim biasa saja kita bersedih, tentu kita akan lebih bersedih lagi atas penderitaan keluarga Nabi saaw. Sebab, kalau tidak demikian, dikhawatirkan akan dimasukkan kedalam golongan munafik.

Zat dan Sifat Allah

Imam Ali AS, Si Pintu Kota Ilmu, berbicara mengenai zat dan sifat Allah SWT.

Segala puji bagi Allah yang tiada pembicara manapun mampu meliputi segala pujian bagi-Nya. Tiada penghitung manapun mampu mencakup bilangan nikmat karunia-Nya. Tiada daya upaya bagaimanapun mampu memenuhi kewajiban pengabdian kepada-Nya. Tiada pikiran sejauh apapun mampu mencapai-Nya, dan tiada kearifan sedalam apapun mampu menyelami hakikat-Nya.

Sifat-Nya tidak terbatasi oleh lingkungan, tidak terperikan oleh ungkapan, tidak terikat waktu dan tidak menjumpai kesudahan.

DiciptaNya semua makhluk dengan kuasa-Nya. Ditebarkan-Nya angin dengan rahmat-Nya. Ditebarkan-Nya bumi dengan gunung-gunungnya.

Adapun pokok pangkal agama adalah makrifat tentang Allah. Namun tak akan sempurna makrifat tentang-Nya kecuali dengan tashdiq (pembenaran) terhadap-Nya. Tak akan sempurna tashdiq kepada-Nya kecuali dengan tauhid dan keihklasan kepada-Nya. Tak akan sempurna keikhlasan kepada-Nya kecuali dengan penafian segala sifat dari-Nya. Karena setiap sifat adalah berlainan dengan yang disifatkan, dan setiap yang disifatkan bukanlah persamaan dari sifat yang menyertainya.

Maka, barang siapa meletakkan suatu sifat kepada-Nya, sama saja dengan seseorang yang menyertakan sesuatu kepada-Nya. Dan barang siapa yang menyertakan sesuatu dengan-Nya, maka ia telah menduakannya. Dan barang siapa menduakan-Nya, maka ia telah memilah-milahkan Dzat-Nya. Dan barang siapa memilah-milahkan-Nya, maka sesungguhnya ia tidak mengenal-Nya. Dan barang siapa tidak mengenal-Nya, akan melakukan penunjukkan ke arah-Nya. Dan barang siapa melakukan penunjukkan kepada-Nya, maka ia telah membuat batasan tentang-Nya. Dan barangsiapa membuat batasan tentang-Nya, sesungguhnya ia telah membuat Dia berbilang.

Dan barang siapa bertanya: “Dimanakah Dia?”, maka sesungguhnya ia telah menganggap-Nya terkandung dalam sesuatu. Dan barang siapa bertanya: “Di atas apakah Dia?”, maka sesungguhnya ia telah mengosongkan sesuatu dari kehadiran-Nya. (Bila Dia di atas sesuatu, maka pada sesuatu itu tidak ada Dia).

Dia (Allah) maujud bukan karena suatu ciptaan. Bukan pula muncul dari ketiadaan. Dia “ada” bersama dengan segala sesuatu namun tidak dengan suatu kesertaan. Bukan pula Dia lain dari segala sesuatu karena keterpisahan darinya. Dia adalah Pelaku, namun tanpa gerak dan alat. Dia Melihat, meski belum ada suatu makhluk untuk dilihat. Sendiri, disebabkan tak adanya sesuatu yang dengannya ia merasa terikat, atau pun gelisah bila ia terpisah dari-Nya.

….

Segala puji bagi Allah yang keadaan-Nya yang satu tidak mendahului keadaan-Nya yang lain. Maka tiadalah Dia menjadi Yang Awal sebelum Dia menjadi Yang Akhir, atau Yang Zhahir sebelum Yang Bathin.

Semua yang disebut “satu” – selain Dia- adalah sedikit. Semua yang mulia selain Dia adalah hina. Semua yang kuat selain Dia adalah lemah. Semua pemilik selain Dia adalah termiliki. Semua yang berilmu selain Dia adalah pencari ilmu. Semua yang kuasa selain Dia adalah adakalanya berkuasa dan adakalanya tak berdaya. Semua yang mendengar selain Dia adalah tuli terhadap suara-suara yang amat lembut, amat keras, atau pun amat jauh dari tempatnya. Semua yang melihat selain Dia adalah buta terhadap warna-warna amat lemah dan benda yang lembut. Semua yang zhahir selain dia adalah bathin, dan semua yang bathin selain Dia adalah zhahir.



Tiada Ia “mendiami” sesuatu sehingga dapat disebut Ia “ada” di sana. Dan tiada Ia berpisah dari sesuatu sehingga dapat disebut Ia “tidak ada” di sana. Tidak menyulitkan bagi-Nya penciptaan yang dimulai-Nya, ataupun pengaturan apa saja yang telah selesai dibuat-Nya. Tiada pernah Ia diliputi ketidakmampuan dalam segala yang diciptanya, dan tiada pernah Ia dimasuki kebimbangan tentang apa saja yang dilaksanakanNya. Semuanya itu bersumber pada ketetapan yang amat teliti, pengetahuan yang amat tepat dan urusan yang terikat kuat.

Dia-lah yang didambakan pada setiap bencana yang mencekam, dan dari Dia-lah diharapkan datangnya segala kenikmatan.

(Dikutip dari “Mutiara Nahjul Balaghah”, Mizan, 1990)


Zaenal A. Muslim

Wednesday, March 21, 2007

“Melampaui Batas” dalam Menggunakan Akal (?)

Dalam sebuah diskusi internet, ketika membahas peranan akal dalam agama, seorang Ikhwan mengatakan:

“Menurut saya, akal adalah anugerah Allah swt yg diberikan kepada manusia dalam rangka mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Apa kata Al Qur'an tentang akal...:

"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikan buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal."(QS: Al Maa-idah :58)

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal . Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS: Yusuf :111)

Musa berkata: "Rabb yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya (Itulah Rabbmu) jika kamu mempergunakan akal".(QS: Asy Syu'araa' :28)


Akan tetapi, -menurut Ikhwan tersebut- dalam kaitan dengan agama, mestinya kita tidak menggunakan akal secara melampaui batas, terlebih lagi bila menempatkan akal di atas wahyu yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi pedoman umat Islam sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an:

"..... Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan." (QS: Yunus :12)

Sepintas tidak ada yang keliru dalam pernyataan Ikhwan di atas. Tapi kalau kita kaji lebih mendalam terasa ada yang ganjil. Mungkinkah seorang yang menggunakan akal dapat melampaui batas ? Ataukah, relevankah istilah melampaui batas disematkan pada orang yang menggunakan akal ? Mari kita kaji beberapa ayat suci berkenaan dengan hal ini.

"yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal."(QS: Az Zumar :18).

Dari ayat ini kita dapat memahami bahwa, orang YANG MENGGUNAKAN AKAL adalah orang YANG DIBERI PETUNJUK

".......Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta."(QS: Al Mu'min :28)

Dari ayat ini kita dapat memahami bahwa, orang YANG TIDAK DIBERI PETUNJUK adalah orang YANG MELAMPAUI BATAS.

"...... Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. "(QS: Al Mu'min :34).

Ayat ini punya makna yang serupa dengan ayat sebelumnya yakni, orang YANG MELAMPAUI BATAS adalah orang YANG SESAT.

Dari ketiga pengertian di atas jelas terlihat bahwa, orang YANG MELAMPAUI BATAS atau orang YANG TIDAK DIBERI PETUNJUK atau orang YANG SESAT adalah orang yang tidak MENGGUNAKAN AKAL.

Dengan demikian maka mustahil bagi orang yang menggunakan akal untuk melampaui batas.