Friday, September 14, 2007

Ulama Sunni Bicara tentang 12 Imam Ahlul Bayt (as) 3

Imam Kesepuluh: Imam Ali bin Muhammad al-Hadi a s

Ayah: Imam Muhammad bin Ali al-Jawad a s.
Ibu: Sammanah al-Maghribiyah dan ada yang menyebutnya Jumanah.
Tempat dan tanggal lahir: Sharya sebuah desa di dekat kota Madinah pada tanggal 1 atau 2 bulan Rajab dan ada yang mengatakan pada pertengahan bulan Dzul Hijjah tahun 212 atau tahun 214 H.
Wafat: Samurraa’ Irak pada tanggal tiga bulan Rajab tahun 254 H dalam usia 40 atau 42 tahun dan dikebumikan di rumah beliau di kota Samurra’.

Kesaksian Para Ulama Tentang Keutamaan Imam Ali al-Hadi a s

Ibnu Katsir: Adapun Abu al-Hasan Ali al-Hadi, beliau adalah putra Imam Muhammad al-Jawad ...salah seorang imam dua belas, beliau ayah Imam Hasan al-Askari, beliau seorang abid, zuhud. Beliau dipindahkan oleh (Khalifah) Mutawakkil ke kota Samurra’ dan tinggal di sana lebih dari sepuluh tahun.51

Ibnu Shabbagh al-Maliki mengatakan: "Imam setelah Abu Ja`far adalah putra beliau Abu al-Hasan Ali bin Muhammad dikarenakan terkumpulnya ciri-ciri keimamahan padanya, dan dikarenakan sempurnanya keutamaan, dan ilmu beliau, dan dikarenakan tidak ada yang mewarisi kedudukan ayah beliau selain dia, serta karena tetapnya nash penunjukan atasnya dan ayah beliau.”52

Syeikh asy-Syablanji berkata: “Dan kemuliaan beliau banyak sekali, Ibnu Hajar dalam Shawa'iq-nya berkata: ‘Abu al-Hasan alAskari adalah pewaris ayahnya dalam ilmu dan kedermawanan.’”53

Dan cukuplah sebagai bukti kedekatan dan kemuliaan beliau di hati umat kekek beliau Rasulullah saww bahwa ketika al-Mutawakkil al-Abbasi (Khalifah yang dikenal sangat benci kepada keturunan Ali a s mengutus Yahya bin Hartsamah untuk menangkap Imam Ali alHadi a s karena adanya tuduhan bahwa beliau a s mempersiapkan senjata untuk memberontak dan menumbangkan dinasti Abbasiah, Yahya menceritakan: "Dan ketika aku memasuki kota Madinah, penduduknya gempar dan sangat ribut tidak pernah terjadi sepertinya karena khawatir atas keselamatan Ali, dan dunia seakan bangkit di atas kedua kakinya, karena ia sangat baik kepada mereka, senantiasa berada di masjid, tidak memiliki kecenderungan kepada dunia, maka saya tenangkan mereka dan saya bersumpah bahwa saya tidak diperintahkan dengan kejahatan atasnya, ia tidak akan apa-apa, kemudian saya periksa rumahnya maka saya tidak menemukan di dalamnya kecuali mushhaf dan buku-buku do'a dan buku-buku ilmu maka ia menjadi agung di mataku.”54

Ibnu Hajar berkata: “Beliau meninggal di kota Surra Man Ra’a (Samurra’) pada bulan Jumada al-Akhirah tahun 254 H, dalam usia 40 tahun. Mutawakkil memberangkat beliau ke kota tersebut tahun 243H. dan beliau tinggal di sana hingga wafat dengan meninggalkan empat putra dan seorang putri, yang paling agung di antara mereka adalah Abu al-Hasan al-Khalish (Imam Hasan al
Askari). “55

Imam Kesebelas: Imam Hasan al-Askari a s

Ayah: Imam Ali al-Hadi a s.
Ibu: Seorang wanita bangsawan berkebangsaan Romawi bernama Susan atau Haditsah atau Salil.
Tempat dan tanggal lahir: Madinah al-Munawwarah pada tanggal 10 bulan Rabiutsani tahun 232 H.
Wafat: Samurra' pada tanggal 8 bulan Rabiulawal tahun 260 H dalam usia 25 dan ada yang mengatakan; 28 tahun.

Ibnu Hajar berkata: “Ada yang mengatakan bahwa beliau wafat karena diracun juga. Beliau tidak meninggalkan anak kecuali putra beliau yaitu Abu al-Qasim Muhammad a-Hujjah, dan usianya ketika ditingal wafat ayahnya adalah lima tahun akan tetapi Allah memberinya al-Hikmah. Beliau digelari dengan al-Qaim al-Muntadzar.56
Beliau dikebumikan di dalam rumah beliau di kota Samurra'.

Sekilas tentang keutamaan Imam al-Hasan al-‘Askari a s

Sibthu Ibn al-Jauzi berkata: “Beliau alim (pandai), terpercaya, meriwayatkan hadis dari ayahnya dari kakeknya.”57

Ibnu Shabbagh al-Maliki berkata: “Imam setelah Abul-Hasan Ali bin Muhammad adalah putra beliau Abu Muhammad al-Hasan, dikarenakan terkumpulnya karakter kemuliaan padanya, mengungguli orang-orang sezamannya dalam hal yang menyebabkan kelayakan dalam imamah dan mengungguli mereka dalam ilmu wara’, zuhud, kesempurnaan akal dan banyaknya amal yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, lalu dikarenakan nash penunjukan atas beliau dan isyarat kekhilafahan untuknya.” 58

Ibnu Shabbagh juga mengatakan: “Keutamaan Sayyidina Hasan Al-‘Askari menunjukkan bahwa beliau benar-benar putra Imam al-Hadi, tiada diragukan akan keimamahan beliau ....Beliau yang tunggal di zamannya tiada tertandingi, sangat khas tiada tersaingi, beliau tuan orang-orang di zamannya, imam mereka, ucapan-ucapan beliau lurus, pekerjaan beliau terpuji.... Beliau pendekar ilmu yang tak terlawan, penjelas kerumitan-kerumitannya tanpa tertandingi, penyingkap hakikat-hakikatnya dengan pandangan yang tepat....”59

Asy-Syablanji berkata: “keutamaan beliau banyak sekali. Kemudian ia menyebutkan kisah yang terjadi ketika Imam al-‘Askari masih kecil dengan seorang sufi yang bernama Buhlul.”60

Kisah Imam al-‘Askari dengan Buhlul

Asy-Syablanji dan Ibnu Hajar menyebutkan kisah tersebut sebagai berikut:
Pada suatu ketika, Buhlul melihat Imam -ketika itu masih kanak-kanak- sedang menangis sementara anak-anak lainnya bermain, lalu Buhlul mengira bahwa beliau menangis karena sedih tidak memiliki mainan yang ada pada mereka, maka Buhlul berkata kepada beliau: “Maukah kamu saya belikan mainan yang dapat kamu pakai bermain?” Maka Imam menjawab: “Hai Anda, yang sedikit akalnya, kita tidak diciptakan untuk bermain-main. “Buhlul bertanya: “Lalu untuk apa kita diciptakan?” Beliau menjawab: “untuk ilmu dan ibadah.” Ia betanya kembali: “dari manakah kamu mengatakan itu?” Imam menjawab: “Dari firman Allah;
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. al-Mu’minun; 115 )
Kemudian Buhlul meminta agar dinasehati, maka beliau menasehati dengan bait-bait syair kemudian beliau jatuh pingsan, lalu ketika sadar atau siuman, Buhlul berkata: “Apa sebenarnya yang sedang menimpa Anda, sedangkan Anda masih kecil, tiada dosa atasmu?” Beliau menjawab: “Menyingkirlah dariku wahai Buhlul! Sesungguhnya aku menyaksikan ibuku menyalakan api dengan kayu besar maka ia tidak menyala kecuali dengan kayu kecil, maka saya takut menjadi kayu neraka Jahannam yang kecil.” 61

Ketika Imam al-‘Askari a s dipenjarakan oleh Khalifah zamannya, datanglah beberapa orang dan keluarga Bani Abbas memerintah kepada Saleh bin Washif—penjaga rumah tahanan—agar mengintimidasi dan memperkejam perlakuannya, Saleh menjawab: ”Apa yang harus saya perbuat, saya telah perintahkan dua orang yang paling jahat yang aku kenal, tapi keduanya malah menjadi orang saleh yang senatiasa beribadah; menegakkan salat, berpuasa. “Kemudian ia meminta agar keduanya dihadirkan, lalu ia berkata kepada mereka: “Celakalah kalian, ada apa kalian dengannya?” Mereka berdua menjawab: “Apa yang hendak kami katakan tentang seseorang yang siangnya berpuasa dan malamnya berdiri menegakkan shalat, tidak berbicara dan sibuk selain dengan ibadah, jika kita melihatnya kita gemetar dan terserang rasa haibah sehingga kita tidak mampu menguasai diri kami.” 62

Berita Wafat Imam Hasan al-‘Askari

Asy-Syablanji berkata: “Dalam al-Fushul al-Muhimmah disebutkan: ‘Ketika berita wafat beliau tersebar gemparlah kota Samurra’ dan terjadilah jeritan serempak, pasar-pasar libur, toko-toko tutup, keluarga besar Bani Hasyim, para pejabat dan seluruh manusia pergi melayat jenazah beliau, Kota Samurra’ hari itu seakan kiamat.’”63

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

You can proceeds with the other story.

Salam.